Terzombi-zombi di Train to Busan (2016) & Peninsula (2020)

Tema zombi jelas bukan selera saya. Kapan hari saya drop film Alive (2020) di pertengahan padahal durasi penuhnya sendiri cuma sekitar satu setengah jam. Tapi, setelah agak lelah dan muak dengan drakor genre romens, saya kepikiran untuk melipir ke tema lain. Mumpung masa langganan saya di aplikasi Vidio masih ada, saya pilih-pilih lah film di luar genre romens yang sekiranya menarik. Pilihan saya jatuh ke film horor aksi zombi Korea yang menjadi film berpendapatan tertinggi di tahun perilisannya, Train to Busan dan standalone sequel-nya, Peninsula. Kedua film ini sama-sama disutradarai oleh Yeon Sang Ho.

Train to Busan bercerita tentang bocornya material berbahaya di sebuah perusahaan bioteknologi yang dengan cepat membangkitkan wabah zombi di seluruh Korea Selatan. Di sebuah tempat, seorang manajer keuangan workaholic yang sekaligus duda beranak satu bernama Seo Seok Woo (Gong Yoo) dilanda rasa bersalah kepada putri kecilnya, Su An (Kim Su An). Seok Woo selalu sibuk dengan pekerjaannya dan jarang memperhatikan Su An. Saking jarang menghabiskan waktu dengan putrinya, Seok Woo sampai tidak sadar menghadiahkan mainan yang sama kepada Su An di hari ulangtahunnya.

Demi menebus perasaan bersalah, Seok Woo pun mengabulkan keinginan Su An untuk merayakan hari ulang tahunnya di Busan bersama ibunya. Dengan kereta cepat pagi, Seok Woo pun berangkat mengantar Su An ke Busan. Seok Woo memperkirakan pada jam makan siang, ia sudah bisa kembali ke kantor menyelesaikan pekerjaannya. Penumpang di dalam kereta antara lain Yoon Sang Hwa (Ma Dong Seok) dan istrinya yang sedang hamil, Seong Kyeong (Jung Yu Mi); pemain baseball, SMA Min Yong Guk (Choi Woo Shik) dan pacar cheerleader-nya, Kim Jin Hee (Ahn So Hee); seorang pebisnis egois, Yon Suk (Kim Eui Sung); seorang tunawisma (Choi Gwi Hwa); dan sepasang kakak beradik perempuan paruh baya.

Seluruh penumpang tidak ada yang menyadari bahwa wabah zombi tengah merebak di seluruh Korea Selatan, sementara seorang penumpang di kereta yang mereka tumpangi telah terinfeksi dan dengan cepat berubah menjadi zombie. Akankah seluruh penumpang berubah menjadi zombi, termasuk Seok Woo dan Su An, dan tidak akan pernah sampai di Busan?

Lanjutan Train to Busan namun dengan cerita yang berdiri sendiri, Peninsula, mengambil latar waktu empat tahun setelah wabah zombi merebak di Korea Selatan. Mulanya Busan menjadi tempat teraman di seluruh negeri sehingga banyak orang yang dievakuasi ke sana. Namun wabah zombi juga dengan cepat melumpuhkan Busan. Orang-orang pun berebut melarikan diri dari Korea Selatan via laut menuju Jepang.

Salah satu yang berusaha melarikan diri adalah Jung Seok (Gang Dong Won), seorang tentara Korsel. Ia berusaha kabur bersama kakak perempuan, keponakan dan iparnya, Chul Min (Kim Do Yoon). Dalam perjalanan, Jung Seok bertemu sepasang suami istri dan anak perempuan mereka yang meminta pertolongan agar dapat ikut melarikan diri. Namun melihat sang suami terinfeksi, Jung Seok mengabaikan keluarga tersebut dan lanjut menuju pelabuhan.

Kesialan tak dapat ditolak, seorang penumpang kapal rupanya terinfeksi wabah. Jung Seok gagal menyelamatkan kakak perempuan dan keponakannya yang dengan cepat berubah menjadi zombi. Ia lantas hidup dalam perasaan bersalah di Hongkong dan kerap diperlakukan layaknya bibit penyakit oleh masyarakat di sekitarnya. Korea Selatan sendiri telah diisolasi negara-negara di dunia. Korsel berubah menjadi sarang zombi, dan alih-alih disebut ‘negara’ kini semua orang hanya sudi menyebutnya ‘semenanjung’.

Suatu hari Jung Seok kembali bertemu dengan Chul Min. Iparnya tersebut juga hidup tak keruan, dan didorong perasaan muak diperlakukan bak bibit penyakit akhirnya menyepakati misi kembali ke Semanjung untuk mengambil sebuah truk berisi uang. Bersama dua orang lainnya, Jung Seok dan Chul Min pun kembali ke Semanjung dan menyaksikan sendiri betapa negara mereka yang dulu maju pesat telah berubah menjadi sarang zombi.

Namun rupanya Semanjung masih ditinggali segelintir manusia. Di antaranya adalah sekelompok tentara Korea yang berubah menjadi penjahat pimpinan Kapten Seo (Koo Kyu Hwan) dan Sersan Hwang (Kim Min Jae). Akibat wabah zombi, keduanya perlahan mengalami gangguan kejiwaan. Di dalam markas, mereka kerap mengadakan ajang kompetisi bertahan hidup yang mempertemukan manusia dengan zombi.

Manusia lain yang bertahan adalah Min Jung (Lee Jung Hyun), yang tak lain adalah seorang ibu yang empat tahun lalu meminta tumpangan kepada Jung Seok. Min Jung hidup bersama ayahnya (Kwon Hae Hyo); putri sulungnya yang jagoan menyetir, Joon (Lee Re); dan putri bungsunya yang dengan mobil mainannya dapat mengalihkan perhatian zombie, Yu Jin (Lee Ye Won). Hidup di tengah sarang zombi, keluarga Min Jung sudah mempelajari semua cara bertahan hidup dan menunggu untuk dapat dievakuasi keluar. Namun, di tengah keserakahan manusia, dapatkah keluarga Min Jung dan Jung Seok keluar hidup-hidup dari Semenanjung?

Wah, saya sungguh terzombi-zombi setelah nonton Train to Busan dan Peninsula. Buktinya sekarang saya sudah beres dua episode series All of Us are Dead di Netflix. Kalau All of Us are Dead memuaskan sampai episode akhir, bisa jadi saya lanjut melahap konten zombi lainnya. Bagaimana kalau lanjut Kingdom? Banyak yang bilang Kingdom adalah tahta tertinggi drakor perzombian.

Kalau dulu, film-film biasanya melakukan pendekatan dua dimensi alias hitam putih. Film-film hantu atau film pahlawan super biasanya menciptakan premis pertarungan antara si baik (manusia) dan si jahat (monster/hantu/kriminal). Tetapi dewasa ini, bahkan film pahlawan super semacam Semesta Marvel pun memperlihatkan bahwa superhero pada dasarnya cuma manusia biasa. Artinya mereka tidak selalu menjadi pembela kebenaran yang menempatkan kepentingan umum di atas kepentingan sendiri. Ada kalanya mereka marah, kecewa, berkhianat dan serakah.

Sama halnya dengan film zombi sekarang ini—paling tidak yang terlihat di Train to Busan dan Peninsula. Ya, memang manusia berusaha memerangi zombi demi menyelamatkan diri. Tapi zombi-zombi ini cuma monster yang bisanya cuma lari, manjat, nabrak-nabrakin diri dan gigit manusia hidup. Mereka bahkan nggak tahu cara membuka pintu geser. Singkatnya, mereka cuma sekadar menuruti sifat parasit yang tumbuh di tubuhnya. Yang sebenar-benarnya musuh bagi manusia adalah manusia lainnya.

Ketika situasi sulit, manusia pun mulai menampakkan warna aslinya. Seperti Seok Woo dan Jung Seok yang awalnya hanya mementingkan diri sendiri dan keluarganya. Nggak salah sih. Karena begitulah manusia, apalagi di mode survival—pasti akan mendahulukan kepentingan dirinya ketimbang orang lain. Maka manusia-manusia yang memilih untuk menolong orang lain agar dapat bertahan bersama di situasi sulit adalah sosok-sosok luar biasa. Konon Train to Busan mencuri perhatian karena alih-alih memfokuskan pertarungan klasik antara manusia dan zombi, film ini justru menonjolkan sisi kemanusiaannya.

Sekali lagi, musuh sebenarnya manusia adalah manusia lainnya. Penonton pasti kesal setengah mati kepada Yon Suk, si pebisnis yang tak segan menumbalkan orang lain demi bisa selamat sendiri. Lalu di Peninsula, penonton dibuat tak nyaman dengan kegilaan manusia seperti duo mantan tentara yang bisa-bisanya bikin pertarungan antara manusia dan zombi. Pun pertarungannya dijadikan tontonan hiburan orang banyak pula.

Kembali ke soal film, banyak yang bilang Peninsula tidak seseru film pendahulunya. Kalau menurut saya sih seru-seru aja dan tetap bikin tegang. Cuma saya bisa ngerti perasaan orang-orang yang merasa kecewa; sehabis Train to Busan yang fokus menyelamatkan diri dari zombi, nonton Peninsula tuh kayak bener-bener dikhianati. Soalnya di Peninsula semakin menonjolkan pertarungan manusia dengan manusia lainnya. Zombi cuma jadi semacam rintangan dan bukan musuh utama yang kudu rame-rame dibasmi. Orang-orang yang berekspetasi dibikin dag-dig-dug serasa tokoh utama yang lagi dikejar zombi jelas bakal kecewa berat begitu nonton Peninsula.

Tapi saya pribadi senang dengan gagasan baru yang dihadirkan sutradaranya di Peninsula. Masuk akal aja gitu mengambil latar di mana manusia yang tersisa kemudian mempelajari cara bertahan hidup di tengah wabah, alih-alih membuat film dengan mengulang formula yang sama. Pada akhirnya mengambil salah satu dari pilihan tersebut—bertahan dengan formula lama atau membuat konsep yang sama sekali baru—bakal kena kritik kok. Wkwkwk.

Kalau di Train to Busan, semua tokoh mencuri perhatian saya tanpa kecuali, maka di Peninsula saya paling tertarik dengan aktris yang memerankan Min Jung—si perempuan tangguh yang sudah terlatih bertahan hidup di tengah wabah zombi. Rupanya sang aktris, Lee Jung Hyun, main di The Battleship Island juga. Saya nggak ingat wajahnya, tapi saya masih ingat kesan setelah nonton film yang juga turut memasang Song Joong Ki itu. Saya suka peran dan akting Lee Jung Hyun di situ walau nggak inget nama maupun wajahnya. Di Peninsula, akting Jung Hyun kembali memberi kesan baik lewat perannya sebagai ibu petarung nan tangguh.

Nggak nyangka saya berakhir terzombi-zombi padahal dulunya genre ini nggak pernah menarik perhatian saya. Makanya baru nonton sekarang, jauh hari setelah rilis. Kalau kamu lagi bosen di zona genre film nyamanmu, film tentang kebangkitan zombi boleh banget loh dicoba. Selamat menonton!

Tinggalkan komentar

Blog di WordPress.com.

Atas ↑

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai